Suhu Politik Tahun 2017 Bakal Memanas, Pilkada Bukan Hanya di Jakarta!
Pilkada Serentak pada 2017 mendatang, terdiri dari 7 Provinsi, 76 Kabupaten dan 18 Kota atau 101 daerah yang menyelenggarakan pilkada pada 15 Februari 2017.
Namun begitu, hanya pilkada DKI Jakarta yang menampilkan tiga pasangan calon yang mendapatkan sorotan lebih dari masyarakat Indonesia.
Hal itu dicermati betul oleh Direktur Eksekutif Perkumpulan Pemilu untuk Demokrasi (Perludem), Titi Anggraini yang menyatakan sebagian masyarakat Indonesia terfokus pada pertarungan memperebutkan kursi Jakarta Satu.
“Memang benar ini menjadi barometer nasional, tapi masih ada pilkada lainnya yang harus diawasi betul perjalanannya,” jelasnya saat ditemui di kawasan Menteng, Jakarta, Senin (26/9/2016).
Dirinya tidak menampik bahwa hadirnya tokoh nasional di Pilkada DKI Jakarta, membuat pertarungan semakin seru dan bagi partai politik, hal ini akan menjadi dorongan tersendiri untuk pileg dan pilpres 2019.
Tetapi, ada hal lain yang penting dan luput dari pandangan orang, yaitu 100 daerah lainnya yang mempunyai konstelasi politik dan kerawanan yang jauh lebih mengkhawatirkan ketimbang Pilkada DKI Jakarta.
“Beberapa daerah angka kerawanannya cukup tinggi, jika tidak diawasi, maka ini akan mengkhawatirkan,” tambahnya.
Sebut saja, Pilkada di Provinsi Aceh yang secara serentak akan digelar di 21 kabupaten/kota dan satu pemilihan Gubernur.
Sepanjang sejarah kepemiliuan Aceh, setidaknya terjadi kerawanan yang cukup tinggi, baik dari faktor penyelenggara, maupun faktor lainnya.
“Faksi dari orang-orang yang dahulu pernah terlibat di Gerakan Aceh Merdeka (GAM) saat ini terpecah, serta mereka yang telah mempunyai nama dan juga sebagai tokoh Aceh, mempunyai dukungannya sendiri-sendiri,” urainya.
Soal isu yang dibangun di Aceh, tidak akan jauh berbeda dengan isu sebelumnya, yaitu mengenai kerawanan antara partai lokal dan nasional.
Meskipun dinilai tidak akan terlalu masif, tetapi kerawanan tersebut perlu diperhatikan banyak pihak.
Berbeda dengan Aceh, lanjut Titi, Pilkada di Provinsi Banten juga mulai memanas.
Dengan hanya dua pasangan calon yang mendaftar, suhu politik di Banten diakui cukup tinggi.
“Banten ini juga tinggi suhunya, isu yang berkembang antara petahana dan kerabat dari penguasa sebelumnya. Apalagi hanya head to head,” ujarnya.
Majunya Rano Karno dan Mbay Mulya sebagai pasangan petahana, serta Wahidin Halim dan Andhika Hazrumy yang mempunyai hubungan kekerabatan dengan Ratu Atut Choisiyah menjadi pertarungan pro-dinasti dan anti-dinasti.
Belum lagi, kerawanan yang akan timbul di Pilkada Papua Barat, yang telah dinyatakan oleh Badan Pengawas Pemilu mempunyai kerawanan yang paling tinggi diantara daerah lainnya dari banyak elemen kerawanan yang didata.
Dalam kesempatan yang sama, Komisioner KPU, Ferry Kurnia Rizkiyansyah menyatakan bahwa banyak pihak yang sudah seharusnya terlibat untuk melakukan pengawasan dan pemantauan terhadap pilkada di 101 daerah tersebut.
Bukan hanya Jakarta yang menjadi fokus perhatian bagi masyarakat Indonesia, sementara daerah lainnya luput dari pengawasan para pihak.
“Kami meminta kepada seluruh pihak untuk tetap mengawal pilkada di daerahnya masing-masing. Jangan hanya terfokus di Jakarta saja,” kata Ferry.
Tujuannya, tegas Ferry, agar keberlangsungan pilkada dapat menghasilkan kepala daerah yang benar-benar dikenal oleh masyarakat dan berkualitas sehingga dirasa mampu memimpin daerah selama lima tahun mendatang.
Sumber: www.tribunnews.com