“Sepenggal Waktu di Melawi”

Sederhana dan merakyat. Itulah kesan selama beberapa hari kami bertemu dan berinteraksi dengan Panji S.Sos, Bupati Kabupaten Melawi, Kalimantan Barat (Kalbar). Awal pertemuan terjadi saat kami dijamu makan siang dan mencicipi durian di kolam pemancingan miliknya, tak jauh dari Nanga Pinoh, pusat kota Melawi, Jumat (17/2/2020) siang.

Caranya berinteraksi dan bersentuhan langsung dengan masyarakat, benar-benar natural, alami. Tidak ada kesan dibuat-buat atau dipaksakan untuk menarik simpati. Sekali lagi, sangat sederhana bagi seorang yang menyandang jabatan tertinggi di daerah kabupaten.

Di beberapa kesempatan berkeliling, mengunjungi pasar hingga menyusuri sungai Melawi, semua orang yang berpapasan disapanya dengan ramah. Agaknya, ketika turun langsung di kegiatan warga, kesederhanaan dan gaya merakyatnya bukan hal yang asing. Sudah menjadi pemandangan biasa bagi sejumlah orang. Itu karena ia memang tak risih jika berinteraksi langsung dengan rakyatnya.

Menyapa dengan tutur kata yang sopan, dan berbagi senyum serta tawa, selalu menjadi pengiring dalam berbincang. Tua, muda dan masih kanak, semua dilayaninya. Tak ada sekat. Termasuk ke mereka yang pernah berlawanan pilihan politik dengannya.

Pemandangan di atas juga terlihat saat Bupati berlatar belakang pengusaha/profesional itu membaur dengan warga pada saat acara safari Gerakan Memasyarakatkan Makan Ikan (Gemarikan), Sabtu (18/2/2020) yang dilapangan Nanga Pinoh Melawi. Kerumunan warga yang hadir dalam kegiatan ini, disapa dan diajak berbincang. “Apa kabar, sehat aja kah, salam sama keluarga,” sapa Panji ke ibu paru bayah yang dilihatnya berbaur di kerumunan warga.

Sejenak, ia melayani dan mendengar aspirasi warga, meski di jadwal ia hanya diagendakan membuka acara sosialisasi Gemarikan. Tapi bukan Panji namanya, kalau ia menghindar dari rakyatnya. Justru ia sangat suka di setiap kunjungan, selalu menyempatkan berbincang langsung.

Toh bagi seorang Panji, menyapa dan berbincang langsung dengan rakyat tanpa ada jarak, bisa mendengar dari lubuk hati rakyatnya tentang keluhan dan harapan-harapannya, agar bisa diperjuangkan.

“Memang kebiasaan beliau (Panji,red) seperti itu. Dan itu memang sejak dulu. Siapapun yang ditemui, pasti dilayani salaman dan berbincang,” ungkap Antonius, salahseorang warga Melawi saat ditanya tentang kebiasaan Panji, Sabtu (18/2/2020).

Bagi pria sehari-hari bekerja sebagai wiraswasta, Panji tergolong type pemimpin atau kepala daerah yang suka turun langsung menghadiri kegiatan warga. Karena itu, sebut dia, hampir setiap pekan ia menyempatkan diri kunjungan ke desa dan kampung-kampung.

“Beliau orangnya gampang ditemui, tidak terlalu formal. Kalau ada masalah atau permintaan warga bisa diselesaikan di tempat, dia tidak menunggu lama atau menunda-nunda. Lebih cepat, lebih bagus,” tambahnya.

Selain kebiasaan itu, Panji juga bukan tipikal pemimpin yang harus dilayani. Ia sangat paham arti pemimpin, yakni pengayom dan pelayan rakyat. Itu sebabnya, bukan pemandangan asing jika dibeberapa momen memilih duduk melantai, atau makan bersama dikerumunan warga.

Begitu pun me”manusia”kan orang. Ia paham tata krama. Menghormati orang yang lebih tua, menjalin hubungan baik dengan para pemuka agama dan tokoh masyarakat, serta bisa menjadi teman diskusi berbagai elemen masyarakat. Seperti aktivis organisasi pemuda, mahasiswa, komunitas remaja, dan lainnya.

Meski demikian, pria kelahiran Desa Langan, Kec.Belimbing, Melawi 23 Juni 1964 ini tetaplah manusia biasa. Ia pun tak luput dari kekurangan dan kekeliruan dalam memimpin. Olehnya itu, diberbagai kesempatan ia tak sungkan menyampaikan permohonan maaf, sekaligus meminta masukan untuk diperbaiki demi kemajuan Melawi.

“Kita boleh beda pendapat, beda pandangan politik, tapi mari kita bersatu untuk urusan rakyat dan pembangunan Melawi,” tegas Panji.*** (Rusman Madjulekka).

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *