Kunjungan Lapangan, Pendamping UMKM Kota Bekasi Temukan “DNA” Pelaku Usaha Bervariasi

Kota Bekasi.PS – Kunjungan para mentor Kota Bekasi dalam program UMKM Naik Kelas Provinsi Jawa Barat, pada Jumat, 5 September 2025, menemukan fakta menarik. Setiap pelaku UMKM memiliki “DNA” berbeda, yang menjadi identitas khas masing masing usaha. Keragaman ini tampak bukan hanya pada produk dan inovasi, tetapi juga dalam tantangan yang dihadapi sehari-hari.

Tim mentor menyambangi dua UMKM binaan, yakni Airin Craft dan Say Cheese Macaroni. Keduanya menampilkan ciri khas unik, namun sekaligus menyimpan tantangan serius yang perlu dijawab untuk bisa berkembang lebih jauh. Airin Craft, yang fokus pada kerajinan tangan,  masih mengandalkan metode penjualan tradisional. Produk mereka belum dipasarkan secara daring, sementara merek dan branding belum dikelola secara maksimal. Padahal potensi produk Airin Craft bernilai seni tinggi. Ada sentuhan rajutan tangan. Namun  belum dikenal luas.

UMKM lain yang dikunjungi, Say Cheese Macaroni. UMKM ini menghadirkan kuliner dengan kualitas ekspor. Macaroninya sangat original dengan sensasi keju, bernilai gizi tinggi. Tantangannya pada peralatan produksi. Alat yang digunakan tidak tahan lama dan harus sering diganti, sehingga menambah biaya operasional dan membatasi kapasitas produksi, ujar Evi Ummu Syafiyya, pemilik Say Cheese Macaroni. Evi yang juga mengelola langsung usahanya, menawarkan macaroni creamy, gurih seimbang, menggunakan keju berkualitas, pasta al dente, serta dikemas dengan menarik sehingga tidak hanya lezat, tapi juga punya nilai jual tinggi, tutur Andi salah satu tim mentor yang ikut merasakan lumeran cheese ini.

Menurut Muhammad Farid Uqbah, Korda Pendamping UMKM Kota Bekasi, kondisi ini menunjukkan perlunya strategi pendampingan yang lebih tepat sasaran. “DNA UMKM harus dipahami, tapi kita juga harus membantu mereka mengatasi tantangan teknis seperti pemasaran dan alat produksi,” ujarnya.

Pendamping lain, Rizki Trestianto, S.I.Kom. menambahkan, cerita perjuangan UMKM adalah bagian dari identitas yang harus dihargai. “Keterbatasan alat atau pemasaran bukan kelemahan semata, tapi bagian dari perjalanan UMKM menuju naik kelas,” katanya.

Nour Enjela menekankan perlunya pendampingan berlapis. “Airin Craft butuh dorongan dalam hal branding dan digitalisasi, sementara Say Cheese Macaroni butuh fasilitasi teknologi produksi. Solusi ini harus spesifik sesuai DNA UMKM,” ungkapnya. Sementara itu, Rimayanti Wardani menyoroti pentingnya digitalisasi. “Tanpa pemasaran online, Airin Craft sulit menembus pasar yang lebih luas. Digitalisasi harus menjadi bagian dari DNA baru mereka,” jelasnya.

Di sisi lain, Kristien Mey Triyana, S.T., M.M. menilai kreativitas pelaku usaha sudah sangat kuat. “Produk mereka bernilai ekspor, tinggal dibenahi di sisi branding, pemasaran, dan peralatan. Potensinya besar jika mendapat dukungan tepat,” ujarnya. Sejalan dengan itu,  Andi Muhammad Sadli, pendamping yang baru bergabung di tahun 2025 ini, menegaskan pula perlunya pemetaan tantangan UMKM dalam strategi pembinaan. “Setiap DNA UMKM punya potensi sekaligus keterbatasan. Jika kita bisa memetakan dengan baik, maka intervensi program pendampingan bisa lebih efektif,” pungkasnya.

Kunjungan ini tidak hanya menghasilkan data lapangan, tetapi juga menyulut semangat bersama untuk mendorong UMKM Kota Bekasi naik kelas. Dengan semangat #NaikKelas, para pelaku UMKM diharapkan mampu menembus pasar lebih luas dan berkontribusi nyata bagi perekonomian daerah. **ams

Catatan Redaksi

Potret Airin Craft dan Say Cheese Macaroni memperlihatkan wajah UMKM kita hari ini: penuh potensi, namun juga rapuh dalam beberapa sisi. Tantangan pemasaran yang masih tradisional, branding yang belum terbangun, hingga keterbatasan alat produksi, adalah persoalan klasik yang kerap berulang. Solusi untuk Airin Craft yaitu membuka ruang digital. Pemasaran daring, dipadukan dengan penguatan merek melalui desain logo, kemasan, dan narasi produk, akan memperluas jangkauan sekaligus memperkuat identitas.

Untuk Say Cheese Macaroni, jalan keluar terletak pada keberanian berinvestasi di teknologi produksi. Dukungan peralatan yang lebih tahan lama, baik lewat KUR maupun program hibah pemerintah daerah, akan memberi napas panjang bagi usaha yang produknya sudah berkelas ekspor. Lebih dari itu, kunjungan lapangan ini mengingatkan bahwa UMKM tidak bisa diperlakukan dengan resep tunggal. Setiap usaha membawa DNA yang unik. Memahami DNA itu, lalu meramu solusi yang sesuai, adalah kunci agar UMKM benar-benar naik kelas—tidak hanya sebagai slogan, tetapi sebagai kenyataan ekonomi yang hidup di tengah masyarakat.

 

 

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *