Cipta Kondisi Tradisi Menulis

Apa kabar?terima kasih bukunya ya,” sapa  Prof Dr drg A Arsunan Arsin MKes, Wakil Rektor III Universitas Hasanuddin (Unhas) Makassar menyambut kami di kantornya, belum lama ini. Suaranya tegas dan lugas. Meski begitu pria kacamata ini tetap menunjukkan sikap bersahabat dan ramah. “Kalau orang baru pertama kali ketemu kesannya begitu hehe,” lanjutnya tersenyum.

Wajah “Cunang”-begitu ia akrab disapa- sumringah. Apalagi siang itu topik obrolan kami urusan menulis. Mantan aktivis mahasiswa Unhas di era 1980-an ini tertarik mengeksplor kegiatan tulis-menulis dikalangan mahasiswa. “Saat ini perjuangan mahasiswa sudah bergeser seiring perubahan zaman. Bukan lagi di jalanan tapi melalui tulisan di berbagai platform media komunikasi,” katanya.

Berangkat dari fenomena tersebut, Cunang berupaya menciptakan kondisi dan tradisi menulis dikalangan mahasiswa dengan regulasi yang ia buat sebagai penanggung jawab urusan kemahasiswaan dan hubungan alumni Unhas.  Caranya? Ia memberikan stimulus berupa pemberian apresiasi kepada mahasiswa yang aktif menulis. Dalam hal ini, mahasiswa yang pernah menerbitkan tulisan di media sepanjang tahun 2019.

Melalui Surat Keputusan (SK) Rektor Unhas yang ditetapkan pada awal 2019, disebutkan mahasiswa yang pernah menerbitkan tulisan di media cetak lokal (Fajar dan Tribun Timur), akan mendapatkan reward dari Unhas berupa uang tunai sebesar Rp 250.000 untuk setiap karya.

Sedangkan untuk media nasional seperti Kompas, Tempo, Gatra, Republika, Bisnis Indonesia, dan Media Indonesia, akan diberikan uang tunai sebesar satu juta rupiah. Untuk mahasiswa yang berhasil menembus media internasional, akan diberikan sebesar 2,5 juta.

Menurut Cunang, hal tersebut untuk menumbuhkan kebiasaan menulis di kalangan mahasiswa. Sebab ia menganggap, budaya menulis tidak datang begitu saja melainkan perlu dirangsang terlebih dulu.“Karena saya menganggap budaya menulis tidak muncul begitu saja, harus diberi stimulasi agar bisa terbentuk. Makanya kita usulkan program ini,” ujarnya.

Dengan adanya penghargaan ini, lanjutnya, diharapkan mahasiswa bisa berkreasi menulis opini, cerpen, maupun artikel yang dapat dimuat di media cetak, sehingga bisa mendapatkan apresiasi dari Unhas.

Namun, hal yang perlu diperhatikan untuk mahasiswa ketika mengirim tulisan, adalah memberikan keterangan sebagai mahasiswa Unhas dalam kredit penulisan. Untuk pelaporannya sendiri, mahasiswa harus membuat kliping hasil karya yang pernah dimuat tersebut. Kemudian menyerahkannya ke Biro Administrasi Kemahasiswaan Unhas.

“Saya pikir, orang yang telah terbiasa menulis itu relasinya banyak dan gampang mengeluarkan gagasannya. Marilah melatih diri mulai sekarang, kalau bukan saat ini kapan lagi,” jelasnya.

Lalu, seberapa besar minat mahasiswa Unhas menulis? Sejak program itu digulirkan Januari hingga awal Mei baru lima tulisan mahasiswa yang termuat di media lokal.Jadi rata-rata hanya satu tulisan tiap bulan. Dengan kata lain, animo itu bisa dikategorikan masih sedikit atau kurang minat.Kita masih harus sabar menunggu tulisan mahasiswa Unhas yang “tembus” media nasional.

Meskipun harus diakui tradisi menulis di kalangan mahasiswa Unhas belum sekuat dengan rekan-rekan mahasiswa di UI, ITB maupun UGM, namun “spiritnya” sudah ada. Setidaknya Cunang telah “menabur benih” dan selanjutnya perlu dikanalisasi secara bersama. *** (Rusman Madjulekka).

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *