Lebih Dekat dengan Kang Suaib (Bagian 3) : “Episode Jalan Pengabdian”
Sosialisasi Kang Suaib : Mengabdi untuk Rakyat
__________________________________
Bekasi-PS. Hari demi hari telah dilewati Mohammad Suaib alias “Kang Suaib”. Ditengah hiruk pikuk politik dengan para aktornya sibuk pencitraan, ia memilih tetap bekerja, menyapa dan berinteraksi dengan warga, terutama di wilayah kabupaten Bekasi, Karawang dan Purwakarta. Ia mengabaikan cara-cara instan dalam mengambil simpati publik.
Memang kedengarannya idealistik. Namun setelah “jatuh bangun” merasakan “asam garam” nya dunia profesional dan bisnis, episode hidup Kang Suaib boleh dibilang mengalami transformasi kearah yang berbau pengabdian. “Periode kehidupan yang telah saya jalani memerlukan pengabdian lain. Dalam artian, dunia profesional dan bisnis sebenarnya juga bidang pengabdian. Namun hati kecil saya mengatakan perlu diperkuat dengan pengabdian lain,” ungkap Kang Suaib disela-sela silaturahmi dengan warga desa Jejalen Jaya, Tambun Utara,kabupaten Bekasi, Jawa Barat, 15 Maret 2019.
Dalam interaksi dengan warga pun Kang Suaib tidak menjanjikan yang muluk-muluk. Tapi lebih banyak mendengar unek-unek dan menyerap aspirasi mereka.”Kang Suaib cepat berbaur dan akrab dengan warga. Mudah ditemui dan cepat merespon setiap kali ada undangan warga,” tutur Pak Jeje, salahseorang warga desa tersebut.
Dunia yang tiba-tiba saja telah kembali berada di depannya adalah kegiatan politik. Sebelumnya dia memang mencoba memasukinya dengan berbagai peran¬nya yang kemudian diembannya. Namun, bidang-bidang bisnis, sosial dan kemasyarakatan tetap mendapatkan perha¬tian¬nya, hingga warna kehidupannya menjadi berwarna seperti indahnya pelangi sehabis hujan.
Baca juga : Lebih Dekat dengan Kang Suaib (Bagian 1)
Baca juga : Lebih Dekat dengan Kang Suaib (Bagian 2)
Sebenarnya dunia aktivis dan panggung politik bukan hal baru bagi Kang Suaib. Dulunya, di kampus adalah tempat baginya mengembangkan minat dan bakatnya. Bahkan pada masa perkuliahan, sosok Mohammad Suaib sudah mulai menunjukkan bakat dan leadership di kalangan aktivis mahasiswa. Di kampusnya, ia dipercaya teman-temannya jadi Ketua Senat atau BEM (Badan Eksekutif Mahasiswa) di Fakultasnya.
Selain itu, Suaib pun dikenal sebagai aktivis dan fungsionaris Himpunan Mahasiswa Islam (HMI), dan berbagai organisasi ekstra kampus. Dunia aktivis pula yang mengantar Suaib menjatuhkan pilihan melanjutkan perjuangannya dalam panggung politik dengan bergabung dalam partai politik (Parpol).
Dimata para aktivis pemuda, Mohammad Suaib salahsatu tokoh pemuda inspiratif yang memiliki spirit. “Dia punya etos kerja yang tinggi, cekatan dan penuh tangungjawab ketika diberikan suatu amanah,” ujar Farida Toekan, seniornya di kampus.
Suaib bisa seperti saat ini, menurutnya, bukan karena “backing” atau mendompleng orang besar, namun karena potensi yang ada dalam dirinya. Ia hanya dari keluarga yang sangat sederhana. Namun karena semangat hidup yang sangat luar biasa, berkiprah di dunia organisasi, mampu membangun trust building dan jaringan (networking) dengan banyak orang sehingga kesuksesan itu mampu diraih.
Bagi Farida, pesan yang selalu dia ingat dari Suaib ada tiga poin. Pertama, segala harapan jika diawali dengan niat baik maka akan berbuah pada kenyataan. Kedua, tunaikanlah kewajibanmu maka hak itu akan datang. Ketiga, pemuda yang hebat bukanlah pemuda yang mengatakan inilah “bapak saya” tapi pemuda yang hebat adalah mereka yang mengatakan inilah “saya”. “Selain itu, dia juga tergolong orang yang memiliki kepekaan dan kepedulian sosial yang sangat tinggi, mungkin karena dia pernah merasakan hidup dengan segala keterbatasan,” tutur Farida.
Jejak sebagai seorang aktivis telah dilalui Suaib. Bahkan saat era orde reformasi misalnya, ia banyak turun ke jalan ikut menyuarakan aspirasi dan tuntutan masyarakat terhadap pemerintah ketika itu. “Namun bagi saya, politik itu bukanlah syahwat untuk kekuasaan tapi harus diarahkan sebagai bentuk jalan untuk pengabdian dan memperjuangkan hak rakyat. Politik itu sesungguhnya sesuatu yang mulia, tergantung kita mengarahkannya kemana” jelas Kang Suaib.
Selama ini, diakuinya, hanya politik yang membicarakan sebuah cara dan kelola pemerintahan daerah untuk kesejahteraan rakyatnya. Suatu pemerintahan daerah akan maju dan besar dimulai dari tata kelola politik yang baik. Apabila hal itu didasari oleh pengabdian maka para politisi semestinya sudah menyerahkan dirinya sebagai “milik publik” dan mati hidupnya adalah untuk kehidupan orang banyak.
“Politisi mestinya rela berkorban bukannya memakan korban,” tutur Suaib mengungkapkan seputar pandangan politiknya.Pengabdian dirinya untuk membawa rakyat yang lebih maju, baik dari segi budaya, ekonomi maupun pembangunan, serta warganya yang sejahtera. “Saya tidak terjun ke politik sebagai pekerjaan. Bicara pekerjaan, saya ada. Jadi, ini upaya pengabdian,” ungkapnya. (RM) *