Tolak Rapid Test. Andi Fadli:Warga Kehilangan Trust

PS-Makassar. Selain peristiwa pengambilan paksa jenazah yang diduga terpapar covid-19 di Rumah Sakit (RS), muncul fenomena penolakan warga kota Makassar, Sulawesi Selatan terhadap rapid test corona yang dilakukan tim gabungan dari Gugus Tugas Penanggulangan Covid-19 Sulawesi Selatan.

Maraknya aksi penolakan warga tersebut menjadi viral di berbagai media sosial. Awalnya terjadi di Kecamatan Tallo. Selain memasang spanduk bertuliskan menolak rapid test massal, warga Jalan Lembo di Kecamatan Tallo tersebut juga memblokade pintu masuk permukiman pendudukan menggunakan kayu. Lalu diikuti warga lain di kecamatan Ujung Tanah, Biringkanaya dan Tamalate. Mereka menyuarakan penolakan rapid test dengan nyaring dan menutup akses masuk ke permukiman mereka.

“Fenomena penolakan rapid test corona oleh warga itu membuktikan bahwa edukasi dan sosialisasi selama ini terhadap bahaya corona bisa dikatakan gagal. Bahkan pelaksanaan PSBB sebelumnnya pun tidak efektif. Warga lebih percaya informasi dari media sosial dibanding yang bersumber dari petugas atau aparat resmi dari tim gugus tugas,” ujar Andi Fadli, akademisi dari Fakultas Komunikasi dan Dakwah Universitas Islam Negeri (UIN) Makassar, Kamis (11/6/2020) di Makassar.

Andi Fadli yang juga mantan wartawan senior Makassar ini menilai hilangnya trust (kepercayaan) warga selama ini karena ulah dari pola komunikasi para pejabat dan stakeholder yang tidak sinkron sehingga menimbulkan kebingungan atau disinformasi ditengah masyarakat. Akibatnya, mereka mencari sumber informasi alternative yang banyak disajikan oleh berbagai platform media sosial.

Menurut pengamat komunikasi yang kerap disapa ‘Puang” ini sebenarnya aksi penolakan warga di Makassar itu tidak berdiri sendiri atau terjadi begitu saja. Tapi, ada semacam kegalauan yang dihadapi masyarakat dari ketidakpastian informasi yang mereka terima. “Sebenarnya menolak itu tidak terjadi begitu saja, itulah keputusan yang diambil oleh masyarakat atas kegalauan yang dihadapi dari ketidakpastian informasi yang mereka terima,” ujarnya.

Mantan Ketua Aliansi Jurnalis Independen (AJI) Kota Makassar ini mengungkapkan, masyarakat perlu diedukasi atas apa yang terjadi secara terbuka atau transparan. Saat ini sebagian masyarakat merasa jenuh,stres dan dihantui oleh informasi yang sering justru berlawanan. “Cara berpikir spekulatif masyarakat seolah dapat justifikasi (pembenaran) dari info-info liar atau hoaks untuk saling mencurigai, bahkan tenaga kesehatan pun dicurigai,” paparnya.

Dengan tidak adanya kepercayaan antara masyarakat dengan tenaga kesehatan (nakes), lanjut Fadli, maka masyarakat menjadi berani untuk melakukan penolakan rapid test covid-19.**(RM).

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *