Legacy Dubes Basri

Terima kasih Pak Dubes,sudah mengundang kami ke Doha.Dan alhamdulilah kami melihat geliat Qatar bersolek menyongsong tuan rumah Piala Dunia 2022,” kataku via WhatsApp kepada Muhammad Basri Sidehabi, Dubes RI di Doha,Qatar.

Dubes Basri, begitu biasa disapa, dalam beberapa hari di awal Juli 2020, dijadwalkan mengakhiri masa baktinya di negeri kaya migas tersebut sejak dilantik oleh Presiden Jokowi 23 Desember 2015.

Memang, pada pertengahan Maret 2018, saya bersama Prof.Indria Samego (Guru Besar Politik Universitas Pertahanan), Dr.Umar Juoro (pengamat ekonomi CIDES, alumni ITB), Faisal Assegaf (mantan Jurnalis Tempo, alumni Fisip Unpad yang kini mengelola media Albalad.co) diundang dalam sebuah seminar yang digelar KBRI Doha dan dihadiri para diaspora Indonesia di Qatar.

“Dalam perjalanan dari Bandara Hamad International ke tempat hotel kami menginap saya tidak merasakan situasi negara ini lagi diblokade negara tetangganya.Mobil lalu lalang, jalanan tetap ramai meski malam sudah larut,” ujarku kepada sopir yang hanya tersenyum.

Saat menuliskan catatan ini, tak terasa masa tugas Dubes Basri segera berakhir. “Iya…waktu gak terasa.Semua mengalir larut dalam tugas dan pekerjaan kita,” tutur ayah tiga anak yang kelahiran Sengkang, Wajo, Sulawesi Selatan ini.

Saya tiba-tiba teringat dengan ucapan Jenderal (purn) bintang tiga TNI AU/Marsdya ini. “Bagi kami yang berlatar militer, hanya ada dua kata kunci. Pada saat diberikan amanah berkata:”siap laksanakan tugas”.Dan bila berakhir masa tugas kami pun berkata:”lapor…tugas sudah selesai”.

Di masa penghujung masa baktinya, Dubes Basri telah merampungkan tugas hingga akhir dan akan digantikan oleh Ridwan Hasan (konjen Dubai). Ia meninggalkan legacy yang mengukir sejarah.

Berdasarkan catatan yang dihimpun,selama kepemimpinan Dubes Basri di KBRI Doha, ia telah menjalankan kegiatan diplomasi yang baik dan menjadi ‘marketing’ handal bagi Indonesia di kawasan timur tengah.

Misalnya berkat kepiawaiannya, mantan atase pertahanan KBRI Amerika Serikat ini, diketahui turut berkontribusi meyakinkan para pejabat Qatar sehingga sang Emir Qatar berkunjung ke Indonesia pada 18 Oktober 2017 bertemu Presiden Joko Widodo. Outputnya, sedikitnya ada lima hasil MoU antara Indonesia dan Qatar yang diteken. Ada bidang pendidikan, pemuda dan olah raga, kesehatan, luar negeri serta investasi dan tourism.

Selain itu, seperti diungkapkan Dubes Basri yakni kebijakan “Bebas Visa” bagi pemegang pasport Indonesia dan sudah berlaku sejak Juli 2017. “Benar-benar bebas visa, bukan visa on arrival. Dan ini tanpa bayar sama sekali.Untuk 30 hari,” ungkapnya.

Dibidang ekonomi, Dubes Basri telah menginisiasi terwujudnya kesepakatan perjanjian free shipping antara BUMN Indonesia, PT Pelindo 1 dan PT Pelindo 2 dengan pihak Hamad International Port. “Dulu shipping dari Indonesia via Singapore dan Malaysia, sekarang sudah bisa langsung dari Indonesia ke Hamad Port dibawah koordinasi Pelindo 1 dan 2,” jelas mantan anggota komisi 1 DPR RI 2009 – 2014 ini.

Ada juga program “Qatar Charity”. Mempererat hubungan kedua negara. Diantaranya mendukung pembangunan mesjid dan sekolah. Darul Quran Mulia di daerah Serpong, adalah salah satu yang kecipratan rezeki Qatar Charity. Sedangkan tercatat puluhan mahasiswa Indonesia yang mengikuti kerjasama kuliah singkat jurusan bahasa Arab dan Sastra di Doha.

Lalu, bagaimana soal TKI di kawasan Timur Tengah yang kerap diberitakan disiksa majikannya? “Sudah ada perbaikan. Tidak seseram yang diberitakan. Kalau pun ada hanya sifatnya kasuistis,” ujar Basri.

Apalagi,Undang Undang terbaru tentang tenaga kerja Qatar telah disahkan. Regulasi itu menyenangkan semua negara yang memiliki pekerja di Qatar. “Misalnya, pasport dipegang sendiri oleh pekerja. Sehari dalam seminggu ada libur. Gaji harus dibayar langsung ke rekening pekerja. Dalam sehari maksimal kerja sepuluh jam,” jelasnya.

Yang boleh dibilang fenomenal ketika Dubes Basri menjadi orang dibelakang layar. Bolak-balik Doha-Jakarta mengurusi para gerilyawan Taliban untuk berdialog, baik dengan AS maupun pemerintah Afghanistan.

Hasilnya berbuah manis. Di penghujung Februari 2020, AS dengan Taliban berdamai di Doha, Qatar. Dalam acara penandatanganan ini, sejumlah pejabat negara yang menjadi co-fasilitator juga turut hadir termasuk Indonesia yang diwakili Menlu Retno Marsudi.

Dubes Basri mengungkapkan beberapa alasan Qatar dipilih oleh Taliban menjadi saksi perdamaian antardua negara ini.”Qatar memang sudah hampir 10 tahun menjadi fasilitator untuk kantor perwakilan Taliban di luar negeri. (Dipilihnya Qatar) itu juga atas kesepakatan Amerika dengan Qatar,” ujar Basri, seperti dikutip detik.com. Sabtu (29/2/2020).

Dubes Basri menjelaskan alasan Qatar mengundang Indonesia karena Indonesia salah satu fasilitator perdamaian antara dua negara ini. Jauh sebelumnya, lanjut Basri, Presiden Afghanistan Ashraf Ghani juga sudah pernah bertemu dengan Presiden Joko Widodo di Indonesia untuk membantu mewujudkan perdamaian di Afghanistan.

“Sejak Mei 2017 Presiden Afghanistan, Ghani, ke Indonesia minta tolong ke Presiden Jokowi untuk membantu agar tercapai perdamaian secara keseluruhan di Afghanistan,” ungkap mantan pilot TNI AU pertama yang menerbangkan pesawat tempur F-16 saat didatangkan dari AS ini.

Selamat memasuki purna bakti dan terima kasih Dubes Basri. Dan selamat bertugas Dubes Ridwan Hassan..! ** (Rusman Madjulekka).

 

 

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *