“Tak Diragukan Lagi”

Ngopinspirasi bersama Muhammad Afzal Mahfuz,SH (bagian 2):

Jakarta-PS. Saya ini asli Mandar (suku terbesar Sulawesi Barat,red). Andaikata kulit ini mengeluarkan darah, maka darah itu akan mengungkapkan keaslian genetik kelahiran saya,” ujar Afzal, begitu ia akrab disapa, sekaligus menjawab isu beredar di masyarakat yang meragukan dirinya sebagai putra daerah Sulbar.

Ditemui di bilangan Casablanca Jakarta Selatan, awal Maret 2019, anggota DPR RI asal Dapil Sulbar ini bercerita panjang seputar keaslian dirinya sebagai orang “Sipamandar” (saling menguatkan dalam Bahasa Mandar). Salah satunya ditandai dengan pendirian Masjid di daerah Lapeo oleh kakeknya yang bernama Sujud Khan. Bersama dengan Anregurutta (AGH) Muhammad Tahir yang kemudian dikenal dengan nama “Imam Lapeo” dan sekaligus menjadi imam pertama di masjid yang didirikannya tersebut.

Dari sini, mungkin nama Mandar (salah satu versi sejarah) menyebutkan Mandar berasal dari Bahasa Arab; Nadara-Yanduru-Nadra yang dalam perkembangan kemudian terjadi perubahan artikulasi menjadi Mandar yang berarti tempat yang jarang penduduknya. Inilah silsilah keaslian Afzal Mahfuz sebagai keturunan asli Mandar. Bahkan salah satu tokoh masyarakat Sulbar, Suhardi Duka, pada waktu pertama kali bertem

u Afzal mengaku dirinya sedikit terkejut. “Pria ini rupanya cukup fasih berbahasa daerah dan cepat akrab,” kenang mantan Bupati Mamuju ini.

Dalam masa baktinya sebagai anggota DPR RI sampai sekarang ini, Afzal telah berkeliling di lebih dari 170 desa di provinsi Sulawesi Barat (Sulbar). “Jika saya ingin hanya sekedar penghasilan secara material, saya tak perlu menjadi anggota DPR. Dengan profesi saya selama ini Alhamdulilah…sudah cukup,” tutur lelaki yang juga seorang advokat ini.

Baca juga : Mengenal Lebih Dekat M. Afzal Mahfuz (bagian 1)

Bahkan kalau mau hitung-hitungan, boleh dikata selama menjadi anggota legislatif, justru Afzal defisit secara material. Dengan begitu, membuktikan motivasi dirinya menjadi wakil rakyat telah menjadi tekadnya untuk mengabdi demi membangun Sulbar dan lebih mensejahterakan warga di daerah pecahan provinsi Sulawesi Selatan tersebut.

Dalam perbincangan hangat penuh keakraban itu, Afzal juga menceritakan latarbelakang dirinya mencalonkan 

sebagai anggota legislatif lagi. Sebelum ditetapkan sebagai Daftar Calon Tetap (DCT) Anggota DPR RI 2019 dapil Sulbar, sebenarnya Afzal ditawari dua dapil yang dalam perhitungan di atas kertas lebih berpeluang terpilih. Yakni, Dapil NTB (istri Afzal adalah anggota DPD RI terpilih masa bakti 2014-2109).

Dengan metode tandem, tentu ia lebih mudah memenangkan kontestasi Pileg. Tawaran dapil lain adalah DKI Jakarta dengan pertimbangan latarbelakang sang istri yang keluarga besar Assafiyah di Jakarta. Dengan basis dukungan Assafiyah di Jakarta tentu memudahkan Afzal meraih satu kursi di parlemen.

Lalu, apa keputusan Afzal? Diluar dugaan, justru Afzal menolak kedua tawaran itu. Ia tetap memilih Dapil Sulbar yang dalam perhitungan politik sesungguhnya jauh lebih sulit dimenangkan dibanding dua dapil yang ditawarka

n kepadanya.

Alasan Afzal sederhana. Karena dorongan tekad dan kuatnya keinginannya untuk membangun Sulbar. “Tulisan itu sud

ah ada di Lauhil Mahfuz”. Apapun yang terjadi jika Allah menghendaki, Insya Allah saya akan terpilih,” kata Afzal dengan optimis. Apalagi dalam obrolah tiga jam di salah satu kedai kopi di Casablanca itu, Afzal rupanya telah menyiapkan berbagai tahapan dan strategi pemenangannya.

Diantaranya, dengan menggunakan metode Integrated Digital Intelligence Campaign. “Untuk ini, profesional saja kerjanya,” begitu Afzal memberi atensi pada program kecerdasan buatan (artificial intelligence) untuk mensinergikan kampanyenya sebagai Caleg pada pemilu serentak, April 2019 mendatang. (RM)*

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *